Perencanaan Desa (Village Planning)
Village Planning (VP) atau biasa yang disebut perencanaan desa mungkin hal baru yang saya paparkan, akan tetapi istilah VP ini banyak digunakan apabila merencanakan sebuah desa di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). Sebagian besar masyarakat Aceh serta para konsultan perencana pasti sudah mengetahui istilah ini. Latar belakang di bentuknya VP di karenakan pada tanggal 26 Desember 2004 terjadi musibah internasional yaitu tsunami, gempa yang berkekuatan 9 SR serta di ikuti dengan gelombang tsunami tlah menghancurkan dari segi manapun juga termasuk pemukiman, tempat-tempat penting dan lumpuhnya sistem ekonomi pada masyarkat Aceh.Untuk merehabilitasi dan merekonstruksi kawasan bencana di NAD diperlukan perjuangan yang sangat keras, di karenakan kapling, rumah, serta fasilitas umum dan social di desa sudah hancur, serta masih traumanya masyarakat Aceh dalam hal tsunami. Untuk itu perencanaan sebuah kawasan dalam skala kota sangatlah besar dan membutuhkan banyak data dan opini. Dalam merencanakan pembangunan desa, para arsitek, planer, ahli sipil dan ahli teknik lingkungan membutuhkan banyak informasi dan merencanakan desa bagi masyarakat sendiri. Alasan perencanaan desa berbasis masyarakat ialah agar masyarakat memberi data-data, mengetahui, merencanakan sampai dengan mengimplementasikan desa tersebut tertata dengan baik dan memasukkan unsur-unsur bagaimana merancang sistem mitigasi sehingga dalam kemudian waktu jika tsunami datang lagi masyarakat bisa menyelamatkan diri dan merasa aman.
Proses perencanaan VP dilakukan dalam tiga fase, antara lain: 1. Sosialisasi pada masyarakat, 2. Survey lapangan, 3. Skenario perencanaan desa yang langsung di tujukan kepada masyarakat dan ditandatangai masyarakat sendiri bahwasannya desa tersebut di rencanakan oleh masyarakat sendiri . Para arsitek serta planer hanya memberikan pengarahan kepada masyarakat bagaimana merencanakan sebuah desa yang memasukkan unsur mitigasi.
cre: kemarii